
Kesenian Tiban atau Ritual Tiban merupakan tari rakyat yang sudah mengakar dan berkembang dimasyarakat disekitaran Trenggalek, Tulung Agung dan Kediri. Tari Tiban selalu dipertujukkan saat musim kemarau yang berkepanjangan dengan tujuan sebagai permohonan diturunkannya hujan.
Ritual Tiban dilakukan dengan cara mengadu kekuatan dengan menggunakan cambuk. Cambuk untuk senjata ini terbuat dari lidi aren yang di pintal dengan jumlah tertentu. Ritual ini layaknya ajang mengadu ilmu ketrampilan atau kesaktian sambil menari-nari dan saling mencambuk dengan hitungan yang ditentukan oleh Landang (wasit). Cambuk yang digunakan dalam tari ini terbuat dari lidi pohon aren yang biasa di sebut pecut.
Khusus di wilayah Kediri ada sebuah kisah tentang asal muasal kesenian ini. Alkisah dahulu kala di kerajaan Kediri, berkuasa seorang raja yang otoriter, sang Raja ingin diperdewakan. Demikian gambaran Raja Kediri yang menyebutnya KERTAJAYA. Sehingga rakyat menurut perintahnya bukan karena patuh melainkan karena takut. Wilayah Kerajan Kediri termasuk kademangan Ngimbang (Sekarang Ngadiluwih) mempunyai 4 kademangan yaitu: Kademangan Ngimbang, Megalamat, Jimbun dan Ceker. Meskipun diperintah oleh sang Raja yang otoriter namun keadaan masyarakat makmur, segala masalah diselesaikan secara Gotong Royong. Masyarakat lebih dahulu panen membagi kepada tetangga, namun sayang kepribadian yang demikian tidak dapat perhatian oleh rajanya, bahkan Brahmana pun diminta untuk menyembah dan mendewakan dia.
Kemakmuran itu tiba-tiba sirna oleh datangannya kemarau yang sangat panjang. Kemarau yang berlangsung panjang tersebut diyakini merupakan kutukan kepada manusia atas ketidakpercayaan dan ketidaktakwaan terhadap kekuatan yang lebih tinggi. Untuk itu para demang bermusyawarah dengan para Pinisepuh, beberapa usul, saran dan pendapat, untuk menebus kutukan tersebut. Rakyat Ngimbang dengan sisa hartanya sedikit diberikan untuk digunakan sebagai syarat pelaksanaan Upacara Adat, bagi yang masih mempunyai padi dimohon memberikan seikat, dan bagi yang memiliki lembu membawa pecutnya sebagai lambang kekayaanya.